Tuesday, January 25, 2022

Barang-barang Mewah

 

Suasana sedang ramai di hari itu. Orang lalu lalang sibuk dengan urusannya masing-masing. Seakan-akan seorang dan orang lain tidak saling memperhatikan karena saking sibuknya dengan aktivitasnya masing-masing. Seorang anak terlihat sedang membeli es krim di sebuah gerobak dorong. Ia terlihat sangat senang sekali, di belakangnya terlihat ibu bapaknya dan adiknya seorang wanita yang sedang digendong oleh bapaknya. Walaupun mereka terlihat sibuk namun seakan-akan perasaan mereka sungguh bahagia.
Di sisi kota lain seorang nenek tua sedang bersantai di depan halaman rumahnya. Ia terlihat sedang minum teh ditemani sebuah biskuit. Tetiba di bawah tubuhnya terjatuh sebuah benda. Ia terkejut dan ia kemudian melihat benda itu. Benda itu terlihat teramat indah baginya. Seakan-akan ia tersihir melihat benda itu dan matanya menjadi berbinar-binar.  Dan ia pun merasakan badannya bergetar seluruh tubuhnya dan hampir-hampir ia jatuh pingsan. Ia kemudian perlahan berdiri untuk mengambil benda itu. Kemudian benda itu ia simpan di sakunya, kemudian melanjutkan minum the di pagi itu.
Di tempat lain kedua orang kekasih terlihat sedang bertengkar. Mereka sedang meributkan sesuatu. “ Anjing kamu!” kata pria itu yang kemudian menampar kekasihnya. “Kamu pelacur!” lanjut kekasih prianya itu. Kemudian wanitanya itu terjatuh dengan darah yang mengalir dari berbagai lobang di wajahnya. Setelah itu pria itu terdengan tertawa girang.
Suasana kota yang tadinya ramai itu perlahan berubah menjadi sepi, entah apa yang terjadi. Kemana orang-orang yang tadinya lalu lalang? Angin kemudian berhembus kencang di kota itu, dan tetiba seekor burung merpati lewat membawa seorang bayi.  Kemudian seorang bayi itu tumbuh dewasa dengan cepat. Ia terlihat begitu ringkih dan terlihat pucat.  Orang itu kemudian berjalan menyusuri kota itu dengan mata yang kosong dan seakan-akan ia melihat segala sesuatu.
Tetiba ada suara berbagai tembakan menggelegar dari mana-mana dan orang-orang keluar dari tempatnya masing-masing. Ada yang dari rumahnya, ada yang dari dalam bawah tanah yakni pembuat jalan, dan banyak lagi yang datang dari manapun. Orang yang ringkih itu hanya tersenyum dan berlalu saja. Ia kemudian dihampiri oleh seorang yang membawa senjata yang terlihat canggih. Pemuda ringkih itu kemudian berbicara dengan orang itu. “Hai! Apakah kau mau perhiasanku yang banyak ini yang tak habis-habis?” ia menunjukan perhiasannya yang terlihat sangat indah seindah cahaya mentari. Tanpa dinyana, lelaki ini langsung menembaknya dan kemdian pria ini terjatuh dan mati.
Dan kemudian pria ini kemudian mengejar orang-orang yang berlarian itu. Kemudian ia menembaki semuanya tanpa sisa sedikiit pun. Kemudia pria ini terdiam dan kembali melihat sesuatu. Ternyata sesuatu itu adalah perhiasan yang ia punyai. Kepala pria itu kemudian menunduk dan ia terlihat mengeluh, “Mengapa kepalaku pusing?” dan kemudian ia terjatuh. Ia pingsan.
Di dalam ketidaksadarannya ia bermimpi. Mimpi yang seakan itu adalah kenyataan. Awalnya ia masuk ke dalam sebuah kamp militer. Dan bertemu banyak teman, ia mencintai kehidupannya. Namun ia merasakan ada sesuatu yang kurang. Entah apa. Di rumahnya tiba-tiba ada seorang wanita yang itu adalah istrinya yang tengah mengandung. Ia sedang hamil tua. Di sana ada seorang ibu dan bapak yakni mertuanya yang juga sedang menemani anak wanitanya yang satu-satunya itu sedang mengandung. Lalu pria itu masuk ke sebuah kamar dan terlihat istrinya yang tadi hamil tua melahirkan. Di kamar itu ia melihat beberapa temannya, keluarga dan orang tua dari lelaki itu dan wanitanya. Ia mendekati istrinya itu dan melihat bayinya yang baru lahir. Betapa bahagianya ia melihat bayinya itu. Lantas ia menciumnya dan ingin menamainya. Namun sebelum menamainya pria itu terbangun dari pingsannya. Ketika terbangun ia menangis dan ia kembali melihat perhiasan itu. Dan kemudian ia mengingat kejadian sebelumnya, ia sungguh menyesal. Kemudian ia memasukkan moncong senjata ke dalam mulutnya dan kemudian bunuh diri.

No comments:

Post a Comment

Cintaku Cuma Kamu