Jam kerja Anton sudah hampir selesai, terlihat
senja mulai naik. Ia berhadapan dengan komputer dan jarinya yang terus mengetik
sesuatu. “Bagaimana Anton kerjaanmu hari ini?” tanya menejernya, Shindy yang
berada percis di sebelahnya yang terhalang sebuah sekat yang terbuat dari kayu.
Paras Shindy yang memukau pria kebanyakan itu tidak mengusik pekerjaan Anton.
“Sebentar lagi selesai bu.” Jawab Anton sopan. Shindy kemudian tersenyum,
lantas pergi meninggalkannya. Beberapa lama kemudian, Anton berberes kerjaannya
dan beranjak dari kantor. Anton kemudian berpamitan dengan teman-temannya, juga
atasannya. Anton sudah berada di mobil. Di mobil itu ia terlihat bersama dengan
kawannya, Freddy. Anton bersama Freddy
berniat menuju ke sebuah kafe untuk sekadar makan dan minum. Kebetulan hari itu
mereka berdua tidak lembur. “Pekerjaan hari ini cukup banyak.” Ujar Anton
membuka pembicaraan dengan Freddy. “Benar, tadinya gue kepingin lembur,
namun besok ada rencana untuk mempersiapkan pernikahan dengan Laras.” Timpal Freddy.
Anton terlihat serius mengendarai mobil. “Oh baguslah, semoga aman-aman saja
persiapan pernikahannya.” kata Anton.
Sekitar setengah jam mereka berkendara, mereka sudah sampai ke sebuah
kafe. Setelah sampai di kafe, mereka berdua memesan makanan. “Bagaimana
hubunganmu dengan Sarah, Anton?” tanya Freddy. “Biasa saja, cuman berteman.” Jawab
Anton dingin. Sarah adalah teman kantor Anton dan Freddy. “Sarah sebenarnya
wanita yang baik, tapi ia bukan yang kucari.” Ujar Anton kepada Freddy. “Kalau
boleh tahu, memang bagaimana wanita yang kamu harapkan?” tanya Freddy. “Bagaimana
ya?” tanya Anton kepada dirinya sendiri yang didengar Freddy. Freddy tersenyum.
“Sudahlah Freddy, kita makan dulu saja.” Kemudian mereka makan. “Bulan depan
kakakku, Ani, juga akan menikah.” Kata Anton kepada Freddy. “Oh begitu,
baguslah, semoga lancar pernikahannya.” “Namun, kami kesulitan untuk mengadakan
acara pernikahan itu, maklum kedua orang tua sudah bercerai sejak kami kecil.” lanjut
Anton. “Kesulitan bagaimana?” tanya Freddy. “Kan orang tua kami tinggalnya
sudah berjauhan semenjak kami kecil, dan kami diurus oleh paman dan bibi kami,
karena mereka punya pekerjaan masing-masing yang terbilang cukup berat, dan
mereka tinggal jauh dari rumahku dan kakakku.” jawab Anton. “Oh begitu, kalau
ada apa-apa aku siap membantu.” Balas Freddy. Anton kemudian tersenyum. Kemudian
telpon genggam Anton berdering. Rupanya yang menelepon adalah Sara, yakni
mantan pacarnya sewaktu SMA dan temannya berkumpul juga alias genknya. Sara
mengajaknya untuk berjalan-jalan bersama teman Anton dan Sara di akhir pekan
esok. Namun Anton menanggapinya biasa saja, seperti cuek. Memang hubungan asmara Anton misal
kepada Sara biasa-biasa saja, juga kepada mantannya yang lainnya. Mungkin cinta
yang diharapkan tidak ada kepada mereka, yakni mantan-mantan Anton. Lalu kemudian
di kafe itu yang kebetulan ada panggung musiknya, seorang pembawa acara
memanggil seorang penyanyi. Anton biasa saja, namun Freddy merasakan antusiasme
yang besar karena ia penyuka dangdut. Memang penyanyi itu adalah penyanyi
dangdut. Penyanyi itu memperkenalkan dirinya bernama Nella. Kemudian Nella
memulai membawakan sebuah lagu. Para pengunjung kafe itu memperhatikan sang
penyanyi. “Kamu kenapa Anton?” tanya Freddy kepada Anton. Anton terlihat
terbengong bersamaan dengan biduan dangdut itu membawakan sebuah lagu yang berjudul “Bojo Galak”. Anton merasakan
tersihir dengan penampilan Nella. Penampilannya yakni parasanya, pakaiannya, dan
juga suaranya. Jantungnya berdegup kencang dan darahnya berdesir. Hal itu tidak
dirasakannya selama dia bertemu dengan wanita lainnya, atau selama hidupnya. “Tidak
apa-apa.” Jawab Anton kepada Freddy. Kemudian di dalam hati Anton meyakinkan
dirinya sendiri untuk berkenalan dengan bidadari dangdut itu. “Mungkin dia yang
kucari.” Batin Anton. Terlihat hari tambah gelap.
Tuesday, January 25, 2022
Bidadari Dangdut
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
-
Kehidupan ini sangat luas bukan hanya kehidupan kita pribadi, melainkan juga kehidupan orang lain yang mungkin ada di bawah kita. Ada sebua...
-
Pikiran Dika masih menerawang, ketika jarinya sedang mengetik novelnya yang baru di sebuah laptop. Ia terus mengetik dan terus mengetik. D...
No comments:
Post a Comment