Tuesday, January 25, 2022

Fantasi Dika

 Pikiran Dika masih menerawang, ketika jarinya sedang mengetik novelnya yang baru di sebuah laptop. Ia terus mengetik dan terus mengetik. Dika tahu bahwa setiap tulisannya akan dibaca dan dimaknai sendiri oleh para pembacanya. 

Kisah tentang seorang wanita yang bunuh diri karena cintanya hilang akibat kekangan adat yang membelenggu kekasihnya itu terus ia tuliskan. Ia terus berusaha mencari bagaimana tulisan itu mencapai sebuah tragedi cinta. Ia kemudian berhenti sejenak dan menyalakan sebuah rokok. Ia mengambil sebuah tempat duduk di dekatnya, di kamarnya itu. Ia terlihat sedang berusaha mencari inspirasi baru untuk menjadi bahan tulisannya itu. Dika kemudian merokok. 
Di tengah pergelutan Dika dengan rokok dan pikirannya, ia kemudian melihat sebuah bayangan yang kelama-lamaan menjadi nyata. Dika perlahan berkeringat, ia merasa ketakutan. Terlihat ia seorang wanita. "Dika!" panggil wanita itu kepadanya. "Siapa kamu, dan mau apa?" tanya Dika kembali. Kemudian perempuan itu menangis. Dika mendekat. "Kamu jahat, Dika!" sahut perempuan itu. "Jahat?" Dika kebingungan. "Kamu menghancurkanku!" jawabnya. "Kamu siapa?" tanya Dika kembali pada perempuan itu. 
"Aku Dini, seorang putri ketua adat yang cintanya terlarang!" perempuan itu menjelaskan. "Hah?" Dika kebingungan. "Aku yang sedang kamu tulis di sana!" kata perempuan itu sambil menunjuk laptop Dika. Dika kemudian pingsan.
 Suara kokok ayam membangunkan Dika dari pingsannya. Kemudian ia bergegas ke laptopnya dan di sana ia menemui bahwa tulisannya masih utuh. Ia kemudian melihat jam, jam menunjukkan pukul 3 pagi. Dika memutuskan untuk mandi dan membersihkan dirinya. Setelah membersihkan dirinya, Dika bersiap untuk ibadah ke masjid. Kemudian Dika kembali ke rumahnya. 
Dalam ibadahnya itu, Dika berdoa memohon petunjuk kepada Tuhan apa yang terjadi padanya di malam itu, dan  memohon agar hidupnya menjadi lebih baik. Kemudian Dika kembali melanjutkan aktivitasnya. Hari itu DIka ingin ke rumah orang tuanya untuk sekadar menjenguk orang tuanya yang sudah berbulan-bulan ia tidak ketemui. Dika, 28 tahun, adalah seorang penulis yang berhasil. Banyak cerpen dan novelnya yang mendapatkan banyak penghargaan. Dan karya tulisnya itu laku di pasaran. Bahkan hasil tulisannya itu ada yang dijadikan film. 
Dari hasil jerih upayanya itu ia bisa membeli rumah yang sederhana di pinggir kota dan kendaraan, yakni sebuah mobil. Di perjalanan menuju rumah orang tuanya menaiki mobil, Dika masih berpikir apa yang terjadi di malam itu kepadanya. Ia terus bertanya-tanya dalam dirinya. Dika akhirnya sampai di rumah orang tuanya. 
Di rumah orang tuanya, Dika mendapatkan banyak wejangan seperti hidup yang tertib dan mencari jodoh yang harus dijadikan prioritas. "Itu bisa terjadi, kalau ikatan batin dengan karakter tulisanmu itu kuat." Jawab bapak Dika yang juga seorang psikolog. Bapak Dika menjawab demikian setelah Dika bercerita tentang apa yang terjadi padanya semalam. "Kamu harus berhati-hati Dika dalam menulis, karena tulisanmu akan banyak mempengaruhi  psikologi pembacamu dan akan mempengaruhi sikap hidupnya, begitu juga hidupmu." Lanjut bapak Dika. 
Dika mendengarkan dengan baik-baik, sedangkan ibu DIka hanya memperhatikannya saja. Dika banyak mendapat masukan dari obrolan dengan orang tuanya itu. Kemudian Dika memutuskan untuk kembali ke rumahnya. Kedua orang tua Dika itu mengizinkannya. Di jalan pulang Dika kembali bermenung tentang apa yang terjadinya semalam. Dika melewati jalan menuju ke rumahnya dengan permenungan. Lalu Dika melewati sekolahnya dulu sewaktu SMA dan tempat-tempat ia bermain dengan kawan-kawannya, juga lingkungan di rumahnya. Dika kemudian berpikir bahwa ia menjadi penulis yang seperti sekarang ini adalah juga dari faktor hidupnya, yakni ia adalah anak tunggal yang diutamakan mandiri oleh orang tuanya yang cukup baik mendidiknya. 
Selepas kuliah di sebuah universitas ternama dengan jurusan sosial dia kemudian memutuskan untuk menulis karena itu menjadi hobinya. Kerja di kantoran baginya adalah suatu kebosanan karena ia harus dituntut untuk diatur jadwal masuk dan pulangnya dsb. Dika yang pandai menyimpan perasaannya itu, terbiasa hidup bebas sebagai anak tunggal. Juga kehidupannya yang penuh dengan pengalaman menyedihkan di lingkungan pertemanannya yang akrab, seperti seorang wanita temannya yang dijual, dan kemiskinan juga lingkungan di kompleknya yang dekat dengan kemiskinan. Siang hari itu yang berasa panas, Dika sampai ke rumahnya. 
Di rumahnya itu ia kembali melanjutkan menulis. Ini adalah novel ketiga Dika setelah sebelumnya berkisah tentang kehidupan seorang wanita yang ditahan oleh perasaannya akan cinta, dan cerita tentang sebuah tragedi di masyarakat yang menyebabkan seorang anak terbakar hidup-hidup di rumahnya sendiri. Waktu berlalu dan di malam harinya, pukul 8, DIka menyelesaikan tulisannya dan berencana ke penerbitan untuk memberikan naskahnya itu. Karena penerbitannya itu tidak jauh dari rumahnya, hanya setengah jam ia sampai. Kemudian dari sana ia mampir dulu ke sebuah mall untuk makan malam.
 Setelah menemukan tempat makan yang pas, ia kemudian memesan makanan. "Saya pesan nasi goreng satu dan es jeruk," ujar Dika kepada seorang pelayan wanita yang di papan namanya tertulis nama Mala. Wajahnya masih muda namun terlihat sudah berumur, sekitar 30an. "Tunggu dulu, Mbak!" sahut DIka kepada Mala. Ada desakan dari hati Dika untuk berkenalan dengannya. Kemudian mereka berkenalan dan saling bertukar nomor hape. Setelah makan Dika pulang ke rumahnya. Sampai rumah Dika beristirahat dan menyalahkan sebuah film yang bertema komedi untuk menenangkan pikirannya. Ketika sedang ingin menyalahkan rokok hape Dika berbunyi. "Dari Mala," pikir Dika. "Halo," sahut yang ditelepon. "Iya halo, ini Mala ya?" tanya Dika. "Benar Dika," jawab Mala singkat. Mereka kemudian mengobrol. "Dika, izinkan aku memperkenalkan diriku kepadamu," pinta Mala. "Boleh," balas Dika. 
Di teleponnya itu ia bercerita tentang pengalaman kehidupannya yang menyiksa karena ia sempat dibawa makhluk jahat ke  sebuah planet asing untuk menjadi seorang pelacur. Dika kemudian terkesiap. "Nanti dulu, kamu?" Mala kemudian mengatakan kepada Dika bahwa ia adalah seorang tokoh yang ditulis oleh Dika dan namanya itu adalah dia sendiri, alias sang penulis! Kemudian Dika mengalami keterkejutan dan tiba-tiba mematikan telepon genggamnya itu. 
Dika setengah mati ketakutan tentang cerita Mala, yang namanya mirip dengan tokoh yang Mala, pegawai restoran wanita itu, ceritakan itu, yang Dika tertarik untuk berkenalan karena namanya yang mirip itu. Dika kemudian memutuskan untuk tidur. Dalam tidurnya ia bertemu malaikat Tuhan yang mengatakan kepadanya untuk lebih baik lagi dalam hidupnya dan merubah tulisannya menjadi lebih baik lagi. 
Siang harinya Dika terbangun. Dika sepertinya mengalami depresi. Kemudian dia mendapatkan kabar bahwa pacarnya yang berhubungan jarak jauh dengan dia memutuskan cintanya dan kabar sakit dari orang tuanya. Berminggu-minguu Dika mengalami depresi, dan pada waktu itu ia sudah menarik kembali naskah tulisannya tentang Dini, dan memberikan kembali uang mukanya, dan ia hampir memutuskan bunuh diri. "Nanti dulu!" tahan malaikat Tuhan yang memegang tangannya yang hendak memotong urat nadinya. 
DIitengah depresinya itu Dika kemudian mendapatkan telepon dari seorang event organizer yang mengatakan bahwa ada acara untuknya yang akan dia dan fansnya dipertemukan. Dika merasa senang dan seperti ada kehidupan baru baginya. Di pertemuan dengan fansnya itu ia banyak mendapatkan pengalaman baru dengan fansnya. Dan seorang fansnya memintanya untuk bertemu dengan seorang fans dia lainnya yang sedang sakit. Kemudian Dika memutuskan untuk bertemu dengan fansnya itu. Fansnya itu sedang sakit thypus. Dika mendengar cerita darinya bahwa tulisannya bagus. Kemudian Dika bertanya kepada fansnya itu, "Adi, bagaimana efek tulisanku kepadamu," Kemudian Adi berpikir dan lantas menjawab bahwa ia juga mengalami kesedihan, meski banyak nilai-nilai yang baik yang ia dapatkan. Mendengar jawaban itu Dika kemudian berpikir dan berintrospeksi. Dari sana, Dika memutuskan untuk memulai kehidupan yang lebih baik lagi, juga tulisannya yang lebih baik lagi. 
Dika kemudian berencana untuk pergi ke pantai untuk penyegaran dan menambah ide-ide baru. Di pantai, Dika berjalan-jalan sejenak di pantai itu. Dan kemudian Dika memutuskan untuk bergabung dengan sebuah komunitas di pantai itu, komunitas kreatif. Di komunitas itu ada komunitas menulis juga. "Dika, bisa jadi pengalamanmu itu benar, bukan khayalan belaka," jawab Husen, seorang giat di sana, yang juga seorang penulis. "Bisa jadi Tuhan menitipkan pesanNya lewatmu dalam hidupmu," ujar Husen kembali. Kemudian ada teman Husen yang menawarkan Dika sebuah rumah sederhana untuk dibeli. 
Dika membelinya dengan harga yang terjangkau. Dika banyak mendapatkan ide segar yang bagus-bagus untuk tulisannya. Selama 2 bulan, sudah sekitar 5 cerpen dan 1 novel ia hasilkan di sana, seperti tentang kisah cinta sepasang merpati yang indah setelah bangkit dari kematiannya dan kisah tentang kuntilanak yang baik hati. Hasil karyanya mendapatkan respon positif dari pembacanya. Dika sempat kedatangan tamu yang menyampaikan  kegembiraannya ketika selesai membaca cerita tentang kurcaci buta yang menyelematkan serigala yang terluka, ia merasa termotivasi untuk terus berbuat baik. Dika kemudian mendapatkan kabar bahwa orang tuanya kembali sakit, dan Dika harus kembali ke rumah orang tuanya. Di malam yang sepi itu Dika memutuskan untuk ke rumah orang tuanya. 
Di perjalanan pulang yang terlihat terburu-buru itu Dika dijegat oleh sekawanan pengendara motor. Mobilnya dibegal, namun ia berhasil kabur. Dika kemudian berlari masuk ke sebuah perkampungan. Di sana ia dibantu oleh seorang pemuka agama terkenal di kampung itu bernama Habib Ali, yang masih keturunan Nabi Muhammad saw. Kemudian Habib Ali menawarkannya menginap di rumahnya setelah mengetahui kejadian yang menimpa Dika. 
Pagi harinya Dika memutuskan pulang ke rumah orang tuanya. "Ini buat kamu," kata Wati kepada. Dika. Wati adalah santriwatinya Habib Ali yang ia disuruh oleh orang tuanya untuk memberikan jaket kepada Dika. Ada perasaan yang kuat untuk berkenalan dengan Wati dalam hati Dika, dan setelah bertemu dengan orang tuanya Dika memutuskan untuk membawa Wati ke rumah orang tuanya, Wati ditemani oleh adiknya yang lelaki. Orang tuanya sudah kembali ke rumah karena sakitnya sudah baikkan. Kemudian Dika memperkenalkan Wati kepada orang tuanya itu. 
Orang tua Dika sangat senang dan kemudian dengan orang tua Wati memutuskan untuk mengadakan pernikahan. Dan akhirnya Dika dan Wati hidup bahagia dan desa itu tempatnya menulis. Ia kemudian berkumpul dengan banyak orang dan melahirkan ide-ide yang segar. Dika sebenarnya masih penasaran dengan tragedi yang menimpanya dengan mereka yang mengaku tokoh buatan Dika, namun Dika hanya menyimpannya dalam hati saja. Kemudian di malam hari Dika bermimpi bertemu tokoh yang sudah ia tulis dan ia merasa senang karena tokohnya menginspirasi orang berbuat baik, dan tokoh lain yang masih misterius buat dia. Entah siapa........

No comments:

Post a Comment

Cintaku Cuma Kamu