Tuesday, January 25, 2022

Cintaku Cuma Kamu

 


Opini Cerdas: MEDURI (Menulis Untuk Diri Sendiri)

Menulis adalah kemampuan dasar manusia yang bisa berbahasa. Untuk bisa menulis bagus, semua orang butuh latihan. Di Opini Cerdas kali ini saya mengajukan ide yang berupa olah tulis yang disebut MEDURI atau Menulis dari dan untuk Diri Sendiri. MEDURI ini berbentuk permainan gerakan dan aktifitas, tulisan dan kata yang bertujuan agar seseorang dapat mengenal dan mengasah juga meningkatkan kemampuannya dalam menulis. Dari MEDURI ini saya berharap orang bisa mengeluarkan kemampuan terbaiknya dan terdalamnya, kemampuan terdalam bahasanya untuk membuat berbagai jenis tulisan seperti esai, cerpen dan sajak dsb.
Bagaimana bentuk aplikatif dari MEDURI? Bentuknya adalah berupa permainan gerakan, aktifitas tulisan juga kata, yakni misalkan aku yang berbuat baik dan beraktifitas demikian yang kemudian gerakan dan aktifitas itu  dilakukan dan juga disertai lingkungan sekitarnya, kemudian dituliskannya sesuai dengan isi kepala dan hati si penulis atau lawan mainnya. Lalu tulisan itu kembali digerakkan oleh si penulis lagi sesuai gerakan dan aktifitas dari dirinya sendiri yang diinginkan, kemudian dia tuliskan lagi gerakan dan aktifitasnya seperti apa yang telah ia inginkan, kemudian dia tuliskan lagi agar gerakan dan aktifitasnya itu seperti apa yang ia telah lakukan. Nanti isi tulisannya itu berisi tentang orang yang bergerak dan lingkungan sekitarnya, bahkan juga orang yang melihat nanti tulisannya berisi apa yang dilihat , didengar, dan dirasa juga dipikirkan oleh dirinya sendiri dan juga mungkin oleh orang lain.
Bagaimana caranya melakukan MEDURI? Yang pertama harus ada adalah orangnya. Siapkan dua orang atau lebih yang penting berpasang-pasangan. Kemudian sediakan alat tulis. Dan kemudian salah seorang dari pasangan itu disuruh untuk membentuk gerakan dan aktifitas sesuai yang dimaui kedua belah pihak yang juga ditulis. Setelah itu orang pertama melakukan gerakan dan aktifitas yang didahului dulu untuk menuliskan bagaimana gerakan dan aktifitasnya yang dituliskan orang yang mau bergerak, beraktifitas dan lingkungan sekitarnya. Kemudian orang itu bergerak dan beraktifitas sesuai apa yang ia tulis. Dan setelah selesai orang kedua menulis gerakan dan aktifitas dari orang pertama itu, dan orang pertama itu juga menulis gerakan dan aktifitasnya. Kemudian disesuaikan apakan gerakan dan aktifitas itu cocok dengan apa yang ditulis orang pertama dan kedua sebelum peragaan gerakan dan aktifitasnya itu sebelum dan sesudahnya. Boleh juga didiskusikan dan dicarikan solusinya. Nanti kalau kurang digerakkan lagi. Kemudian setelah gerakan dan aktifitas itu juga didiskusikan apakah percis sesuai gerakan yang ada dan sesuai dengan bahasan mengenai benar tidaknya tulisan dan hasil diskusinya didiskusikan. Hasil tulisan itu yang dari gerakan dan aktifitasnya harus yang dari didengar, dilihat dan dirasa dan dipikirkan oleh penulis dari dirinya sendiri dan mungkin juga bisa dari orang lain. Nanti gantian yang orang pertama kemudian orang kedua.
Demikian MEDURI. Saya berharap tulisan ini menginspirasi orang untuk latihan MEDURI juga dan bermanfaat yakni menghasilkan tulisan yang baik dan bagus dan mungkin menghasilkan.

Fantasi Dika

 Pikiran Dika masih menerawang, ketika jarinya sedang mengetik novelnya yang baru di sebuah laptop. Ia terus mengetik dan terus mengetik. Dika tahu bahwa setiap tulisannya akan dibaca dan dimaknai sendiri oleh para pembacanya. 

Kisah tentang seorang wanita yang bunuh diri karena cintanya hilang akibat kekangan adat yang membelenggu kekasihnya itu terus ia tuliskan. Ia terus berusaha mencari bagaimana tulisan itu mencapai sebuah tragedi cinta. Ia kemudian berhenti sejenak dan menyalakan sebuah rokok. Ia mengambil sebuah tempat duduk di dekatnya, di kamarnya itu. Ia terlihat sedang berusaha mencari inspirasi baru untuk menjadi bahan tulisannya itu. Dika kemudian merokok. 
Di tengah pergelutan Dika dengan rokok dan pikirannya, ia kemudian melihat sebuah bayangan yang kelama-lamaan menjadi nyata. Dika perlahan berkeringat, ia merasa ketakutan. Terlihat ia seorang wanita. "Dika!" panggil wanita itu kepadanya. "Siapa kamu, dan mau apa?" tanya Dika kembali. Kemudian perempuan itu menangis. Dika mendekat. "Kamu jahat, Dika!" sahut perempuan itu. "Jahat?" Dika kebingungan. "Kamu menghancurkanku!" jawabnya. "Kamu siapa?" tanya Dika kembali pada perempuan itu. 
"Aku Dini, seorang putri ketua adat yang cintanya terlarang!" perempuan itu menjelaskan. "Hah?" Dika kebingungan. "Aku yang sedang kamu tulis di sana!" kata perempuan itu sambil menunjuk laptop Dika. Dika kemudian pingsan.
 Suara kokok ayam membangunkan Dika dari pingsannya. Kemudian ia bergegas ke laptopnya dan di sana ia menemui bahwa tulisannya masih utuh. Ia kemudian melihat jam, jam menunjukkan pukul 3 pagi. Dika memutuskan untuk mandi dan membersihkan dirinya. Setelah membersihkan dirinya, Dika bersiap untuk ibadah ke masjid. Kemudian Dika kembali ke rumahnya. 
Dalam ibadahnya itu, Dika berdoa memohon petunjuk kepada Tuhan apa yang terjadi padanya di malam itu, dan  memohon agar hidupnya menjadi lebih baik. Kemudian Dika kembali melanjutkan aktivitasnya. Hari itu DIka ingin ke rumah orang tuanya untuk sekadar menjenguk orang tuanya yang sudah berbulan-bulan ia tidak ketemui. Dika, 28 tahun, adalah seorang penulis yang berhasil. Banyak cerpen dan novelnya yang mendapatkan banyak penghargaan. Dan karya tulisnya itu laku di pasaran. Bahkan hasil tulisannya itu ada yang dijadikan film. 
Dari hasil jerih upayanya itu ia bisa membeli rumah yang sederhana di pinggir kota dan kendaraan, yakni sebuah mobil. Di perjalanan menuju rumah orang tuanya menaiki mobil, Dika masih berpikir apa yang terjadi di malam itu kepadanya. Ia terus bertanya-tanya dalam dirinya. Dika akhirnya sampai di rumah orang tuanya. 
Di rumah orang tuanya, Dika mendapatkan banyak wejangan seperti hidup yang tertib dan mencari jodoh yang harus dijadikan prioritas. "Itu bisa terjadi, kalau ikatan batin dengan karakter tulisanmu itu kuat." Jawab bapak Dika yang juga seorang psikolog. Bapak Dika menjawab demikian setelah Dika bercerita tentang apa yang terjadi padanya semalam. "Kamu harus berhati-hati Dika dalam menulis, karena tulisanmu akan banyak mempengaruhi  psikologi pembacamu dan akan mempengaruhi sikap hidupnya, begitu juga hidupmu." Lanjut bapak Dika. 
Dika mendengarkan dengan baik-baik, sedangkan ibu DIka hanya memperhatikannya saja. Dika banyak mendapat masukan dari obrolan dengan orang tuanya itu. Kemudian Dika memutuskan untuk kembali ke rumahnya. Kedua orang tua Dika itu mengizinkannya. Di jalan pulang Dika kembali bermenung tentang apa yang terjadinya semalam. Dika melewati jalan menuju ke rumahnya dengan permenungan. Lalu Dika melewati sekolahnya dulu sewaktu SMA dan tempat-tempat ia bermain dengan kawan-kawannya, juga lingkungan di rumahnya. Dika kemudian berpikir bahwa ia menjadi penulis yang seperti sekarang ini adalah juga dari faktor hidupnya, yakni ia adalah anak tunggal yang diutamakan mandiri oleh orang tuanya yang cukup baik mendidiknya. 
Selepas kuliah di sebuah universitas ternama dengan jurusan sosial dia kemudian memutuskan untuk menulis karena itu menjadi hobinya. Kerja di kantoran baginya adalah suatu kebosanan karena ia harus dituntut untuk diatur jadwal masuk dan pulangnya dsb. Dika yang pandai menyimpan perasaannya itu, terbiasa hidup bebas sebagai anak tunggal. Juga kehidupannya yang penuh dengan pengalaman menyedihkan di lingkungan pertemanannya yang akrab, seperti seorang wanita temannya yang dijual, dan kemiskinan juga lingkungan di kompleknya yang dekat dengan kemiskinan. Siang hari itu yang berasa panas, Dika sampai ke rumahnya. 
Di rumahnya itu ia kembali melanjutkan menulis. Ini adalah novel ketiga Dika setelah sebelumnya berkisah tentang kehidupan seorang wanita yang ditahan oleh perasaannya akan cinta, dan cerita tentang sebuah tragedi di masyarakat yang menyebabkan seorang anak terbakar hidup-hidup di rumahnya sendiri. Waktu berlalu dan di malam harinya, pukul 8, DIka menyelesaikan tulisannya dan berencana ke penerbitan untuk memberikan naskahnya itu. Karena penerbitannya itu tidak jauh dari rumahnya, hanya setengah jam ia sampai. Kemudian dari sana ia mampir dulu ke sebuah mall untuk makan malam.
 Setelah menemukan tempat makan yang pas, ia kemudian memesan makanan. "Saya pesan nasi goreng satu dan es jeruk," ujar Dika kepada seorang pelayan wanita yang di papan namanya tertulis nama Mala. Wajahnya masih muda namun terlihat sudah berumur, sekitar 30an. "Tunggu dulu, Mbak!" sahut DIka kepada Mala. Ada desakan dari hati Dika untuk berkenalan dengannya. Kemudian mereka berkenalan dan saling bertukar nomor hape. Setelah makan Dika pulang ke rumahnya. Sampai rumah Dika beristirahat dan menyalahkan sebuah film yang bertema komedi untuk menenangkan pikirannya. Ketika sedang ingin menyalahkan rokok hape Dika berbunyi. "Dari Mala," pikir Dika. "Halo," sahut yang ditelepon. "Iya halo, ini Mala ya?" tanya Dika. "Benar Dika," jawab Mala singkat. Mereka kemudian mengobrol. "Dika, izinkan aku memperkenalkan diriku kepadamu," pinta Mala. "Boleh," balas Dika. 
Di teleponnya itu ia bercerita tentang pengalaman kehidupannya yang menyiksa karena ia sempat dibawa makhluk jahat ke  sebuah planet asing untuk menjadi seorang pelacur. Dika kemudian terkesiap. "Nanti dulu, kamu?" Mala kemudian mengatakan kepada Dika bahwa ia adalah seorang tokoh yang ditulis oleh Dika dan namanya itu adalah dia sendiri, alias sang penulis! Kemudian Dika mengalami keterkejutan dan tiba-tiba mematikan telepon genggamnya itu. 
Dika setengah mati ketakutan tentang cerita Mala, yang namanya mirip dengan tokoh yang Mala, pegawai restoran wanita itu, ceritakan itu, yang Dika tertarik untuk berkenalan karena namanya yang mirip itu. Dika kemudian memutuskan untuk tidur. Dalam tidurnya ia bertemu malaikat Tuhan yang mengatakan kepadanya untuk lebih baik lagi dalam hidupnya dan merubah tulisannya menjadi lebih baik lagi. 
Siang harinya Dika terbangun. Dika sepertinya mengalami depresi. Kemudian dia mendapatkan kabar bahwa pacarnya yang berhubungan jarak jauh dengan dia memutuskan cintanya dan kabar sakit dari orang tuanya. Berminggu-minguu Dika mengalami depresi, dan pada waktu itu ia sudah menarik kembali naskah tulisannya tentang Dini, dan memberikan kembali uang mukanya, dan ia hampir memutuskan bunuh diri. "Nanti dulu!" tahan malaikat Tuhan yang memegang tangannya yang hendak memotong urat nadinya. 
DIitengah depresinya itu Dika kemudian mendapatkan telepon dari seorang event organizer yang mengatakan bahwa ada acara untuknya yang akan dia dan fansnya dipertemukan. Dika merasa senang dan seperti ada kehidupan baru baginya. Di pertemuan dengan fansnya itu ia banyak mendapatkan pengalaman baru dengan fansnya. Dan seorang fansnya memintanya untuk bertemu dengan seorang fans dia lainnya yang sedang sakit. Kemudian Dika memutuskan untuk bertemu dengan fansnya itu. Fansnya itu sedang sakit thypus. Dika mendengar cerita darinya bahwa tulisannya bagus. Kemudian Dika bertanya kepada fansnya itu, "Adi, bagaimana efek tulisanku kepadamu," Kemudian Adi berpikir dan lantas menjawab bahwa ia juga mengalami kesedihan, meski banyak nilai-nilai yang baik yang ia dapatkan. Mendengar jawaban itu Dika kemudian berpikir dan berintrospeksi. Dari sana, Dika memutuskan untuk memulai kehidupan yang lebih baik lagi, juga tulisannya yang lebih baik lagi. 
Dika kemudian berencana untuk pergi ke pantai untuk penyegaran dan menambah ide-ide baru. Di pantai, Dika berjalan-jalan sejenak di pantai itu. Dan kemudian Dika memutuskan untuk bergabung dengan sebuah komunitas di pantai itu, komunitas kreatif. Di komunitas itu ada komunitas menulis juga. "Dika, bisa jadi pengalamanmu itu benar, bukan khayalan belaka," jawab Husen, seorang giat di sana, yang juga seorang penulis. "Bisa jadi Tuhan menitipkan pesanNya lewatmu dalam hidupmu," ujar Husen kembali. Kemudian ada teman Husen yang menawarkan Dika sebuah rumah sederhana untuk dibeli. 
Dika membelinya dengan harga yang terjangkau. Dika banyak mendapatkan ide segar yang bagus-bagus untuk tulisannya. Selama 2 bulan, sudah sekitar 5 cerpen dan 1 novel ia hasilkan di sana, seperti tentang kisah cinta sepasang merpati yang indah setelah bangkit dari kematiannya dan kisah tentang kuntilanak yang baik hati. Hasil karyanya mendapatkan respon positif dari pembacanya. Dika sempat kedatangan tamu yang menyampaikan  kegembiraannya ketika selesai membaca cerita tentang kurcaci buta yang menyelematkan serigala yang terluka, ia merasa termotivasi untuk terus berbuat baik. Dika kemudian mendapatkan kabar bahwa orang tuanya kembali sakit, dan Dika harus kembali ke rumah orang tuanya. Di malam yang sepi itu Dika memutuskan untuk ke rumah orang tuanya. 
Di perjalanan pulang yang terlihat terburu-buru itu Dika dijegat oleh sekawanan pengendara motor. Mobilnya dibegal, namun ia berhasil kabur. Dika kemudian berlari masuk ke sebuah perkampungan. Di sana ia dibantu oleh seorang pemuka agama terkenal di kampung itu bernama Habib Ali, yang masih keturunan Nabi Muhammad saw. Kemudian Habib Ali menawarkannya menginap di rumahnya setelah mengetahui kejadian yang menimpa Dika. 
Pagi harinya Dika memutuskan pulang ke rumah orang tuanya. "Ini buat kamu," kata Wati kepada. Dika. Wati adalah santriwatinya Habib Ali yang ia disuruh oleh orang tuanya untuk memberikan jaket kepada Dika. Ada perasaan yang kuat untuk berkenalan dengan Wati dalam hati Dika, dan setelah bertemu dengan orang tuanya Dika memutuskan untuk membawa Wati ke rumah orang tuanya, Wati ditemani oleh adiknya yang lelaki. Orang tuanya sudah kembali ke rumah karena sakitnya sudah baikkan. Kemudian Dika memperkenalkan Wati kepada orang tuanya itu. 
Orang tua Dika sangat senang dan kemudian dengan orang tua Wati memutuskan untuk mengadakan pernikahan. Dan akhirnya Dika dan Wati hidup bahagia dan desa itu tempatnya menulis. Ia kemudian berkumpul dengan banyak orang dan melahirkan ide-ide yang segar. Dika sebenarnya masih penasaran dengan tragedi yang menimpanya dengan mereka yang mengaku tokoh buatan Dika, namun Dika hanya menyimpannya dalam hati saja. Kemudian di malam hari Dika bermimpi bertemu tokoh yang sudah ia tulis dan ia merasa senang karena tokohnya menginspirasi orang berbuat baik, dan tokoh lain yang masih misterius buat dia. Entah siapa........

Opini Cerdas: Asih

 Kehidupan ini sangat luas bukan hanya kehidupan kita pribadi, melainkan juga kehidupan orang lain yang mungkin ada di bawah kita. Ada sebuah keyakinan dalam agama bahwa kita jangan hanya melihat ke atas, melainkan juga harus melihat ke bawah agar kita lebih mensyukuri hidup ini. Sebenarnya pepatah yang berasal dari keyakinan agama itu penting karena selain kita bisa melihat kita hidup di posisi apa dan bagaimana, juga apa dan bagaimana yang harus kita lakukan. Selain itu penting juga untuk melihat kehidupan yang lebih luas untuk membuka cakrawala pengetahuan kita juga untuk mengasah kepekaan sosial kita.

Oleh karena itu di sini saya akan membahas ASIH atau Asah Diri dari Hati. ASIH ini bertujuan agar kita lebih peka terhadap lingkungan sosial di sekitar kita dan mengenal diri sendiri juga menimbulkan kesadaran bahwa manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan sesama juga dibutuhkan sesama.
Bagaimana cara melakukan ASIH? ASIH dilakukan dengan cara berkelompok. Kita harus menemukan komunitas warga miskin yang kalau sudah ketemu kita akan membuat pertanyaan penting, yakni apa pekerjaannya, berapa penghasilannya, bagaimana kehidupannya bahagia atau tidak dan apa yang membuatnya bahagia dan apa yang dia lakukan dan apa yang membuatnya tidak bahagia dan apa yang akan dia lakukan, dan apa yang akan dilakukannya ke depan dalam hidupnya. Setelah itu maka kita harus menanyakan hal itu kepada mereka yang kemudian kita tulis jawabannya. Dan kemudian kelompok itu oamit, berterimakasih dan kembali berdiskusi dalam kelompok itu sendiri. Diskusinya caranya bagaimana? Dari pertanyaan dan jawaban kelompok itu kemudian kelompok itu memberikan pendapat tentang apa dan bagaimana mereka, kemudian berimajinasi tentang apa dan bagaimana kehidupan mereka dan bagaimana jika kelompok itu ada di posisi mereka. Pertanyaan-pertanyaan kita kepada mereka akan kita jawab sendiri dengan cara kita bila ada di posisi mereka, kemudian kita diskusikan benar atau tidaknya. Kemudian kelompok itu merenungi hasil diskusi itu untuk kehidupan sebenarnya.
Seperti itulah cara ASIH agar kita lebih peka dalam kehidupan sosial kita dan mengasah nurani kita agar lebih baik lagi.

Adinda

 Oh Adinda

Ada apa dengan kamu
Bukankah itu punyaku?
Yakni kecantikanmu
Yang dihiasi selalu

Menggambar bunga-bunga di tanganku
Akan wajahmu yang kupuja selalu
Di dalam hatiku
Nampaknya selalu ada kamu

Bolehkan aku memilikinya
Dan memeluknya sampai akhirnya
Dan bila tiba pada suatu masa
Akhirilah aku dengan cintamu yang indah

Dan di sana apakah dirimu akan selalu kucari
Dengan kecantikanmu yang mesti
Pastinya dirimu kan ku miliki?
Dan akan tiba masanya suatu saat nanti
aku mati dalam manismu.......

Opini Cerdas: Sesurat (Sesama Surat Menyurat)

 Mengenali diri penting untuk agar seorang bisa membawa diiri dengan baik dalam masyarakat. Dan itu bermanfaat untuk kebaikan diri sendiri bagi orang itu terhadap sesama dan di sisi Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu kita harus mengenali diri kita sendiri atau dalam istilah orang Yunani Kuno adalah Kenalilah dirimu sendiri. Untuk itu di sini saya mengedepankan ide Sesurat atau sesama Surat Menyurat untuk mengetahui bagaimana diri orang lain dan mengomunikasikan itu kepada yang lain dengan harapan orang itu mengenal dirinya sendiri dan menjadi baik dalam masyarakat dan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Kenapa menulis? Karena menulis itu merupakan sebuah hal yang lebih dalam daripada berbicara. Dengan menulis kita bisa melihat apa yang kita keluarkan dalam hati kita dan itu menjadikan sesuatu lebih teringat, berarti dan terkenang.
Bagaimana caranya? Caranya adalah ada dua orang yang hadir dan saling berpartisipasi. Misal A dan B. Kemudian ada seorang yang menjadi semacam moderator yang akan menengahi dan bisa membimbing, misal X. Kemudian si X ini akan memulai kegiatan yang akan mengajak si A menuliskan siapa dirinya juga si B. Kemudian hasil itu akan diberikan kepada si X. Kemudian si X ini akan membagikan apa yang ditulis si A kepada si B dan si B kepada si A. Kemudian A dan B saling bertanya jawab tentang ini dari apa yang sudah ditulis oleh keduanya dan tanya jawab itu juga dituliskan oleh si A dan si B dan juga akan dibenturkan oleh kenyataan dan akan diberikan tanggapan oleh si X. Misalkan si A menuliskan dirinya secara umum baik terhadap dirinya dan orang lain, dia harus juga menjabarkan dirinya baik itu seperti apa. Kemudian tulisan itu harus dibaca oleh si B. Dan kemudian ada tanya jawab yang terjadi, tanya jawab itu juga harus dituliskan oleh keduanya. Si X juga boleh bertanya. Si X juga harus menuliskan diskusi mereka. Kemudian setelah bertanya jawab itu si A dan si B juga harus menuliskan kesimpulan tentang siapa dirinya dan diri lawannya itu. Juga menuliskan kesan dan pesan mereka dalam diskusi itu. Hasil diskusi itu akan dibacakan oleh si X dan si A dan si B juga harus menanggapi hasil diskusi itu dan kesimpulan si X.  Kegiatan ini akan ada kelanjutannya misal beberapa hari yang akan datang atau mereka diberikan tugas untuk membuktikan apa yang sudah dihasilkan dalam diskusi. Misal si A bilang dia dermawan, maka si A harus memberikan makanan atau minuman kepada seseorang, kemudian di foto. Nanti hasilnya akan didiskusikan lagi bersama-sama. Jika suatu saat si A dan si B ingin berdiskusi lagi maka bisa lagi ketemuan dan si X juga datang. Hasil diskusi nantinya bisa didiskusikan lagi kepada keluarganya bahkan kelas masyarakatnya.
Sesurat tidak melulu soal diri bisa juga soal bagaimana pendapat seseorang tentang diri orang lain atau terhadap sebuah isu.

Opini Cerdas: Guru Anak

 Menjadi guru mungkin adalah cita-cita yang besar karena nilainya di mata masyarakat dan Tuhan yang sangat baik karena ia adalah bentuk pengabdian seorang manusia yang bisa membuat manusia lain menjadi berkembang dan maju. Pengabdian itu sangat berharga mungkin tidak bisa ternilai oleh uang semata, melainkan ada bentuk yang lebih besar dari uang yakni kalau dalam sisi Tuhan ada pahala dan dalam sisi manusia ada timbal budi yang sangat besar yakni mungkin hutang nyawa.  Menjadi seorang guru pun sangat besar manfaatnya buat manusia selain timbal baliknya yang besar juga. Menjadi guru bermanfaat menjadikan orang lebih dewasa, dan lebih memasyarakat dan lebih ingin tahu dan karena itu ia mendalami Ilmu. Menjadi guru juga membuat ia lebih bijaksana dan lebih cerdas dalam mengenali dirinya dan orang lain. Oleh karena itu di sini saya ingin mengedepankan suatu opini yang penting yang bisa jadi suatu saat bisa diilmiahkan yakni Guru Anak.

Masa anak-anak adalah masa yang penting dalam pembentukan jati diri manusia. Jika anak-anak itu dididik secara baik maka ia akan menjadi manusia yang baik bagi dirinya sendiri, keluarganya dan masyarakatnya (itu juga tergantung takdir Tuhan). Namun kalau dididik secara buruk maka anak itu akan menjadi penjahat, atau kalau ia ditakdirkan baik oleh Tuhan ia akan menjadi baik namun peluang itu ghaib maksudnya belum kita ketahui (hanya Tuhan yang tahu). Namun yang pasti apabila seorang anak dididik secara baik maka anak itu kemungkinan besar akan lebih mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk. Dan apabila seorang anak itu mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk akan lebih memudahkan anak itu untuk hidupnya jadi lebih baik ke depannya buat dirinya, keluarganya, dan masyarakat. Di sini saya akan menuliskan opini menjadi Guru Anak dan tata caranya agar menjadi Guru Anak itu berhasil dan berakibat baik buat si anak dan sekitarnya di hari depan.
Mengapa menjadi guru? Karena menjadi guru itu adalah bertanggung jawab dan dewasa. Menjadikan anak seorang guru berarti mendidik sedini mungkin seorang anak menjadi dewasa dan bertanggung jawab. Selain itu apabila seorang anak menjadi guru maka ia akan menjadi seorang yang haus ilmu, rendah hati, dan senang belajar dan memungkinkan anak itu menjadi pandai.
Bagaimana menjadikan seorang Guru Anak? Ada persiapannya. Pertama harus ada orang dewasa yang membimbingnya. Orang dewasa itu harus memiliki kelengkapan yang memungkinkan seorang anak menjadi Guru Anak. Misalkan jika seorang akan menjadikan seorang anak menjadi guru anak untuk menjadikan anak itu guru pelajaran warna, maka orang dewasa itu harus mempersiapkan berbagai hal misal kertas warna atau papapn tulis putih. Seorang dewasa itu harus membimbing seorang anak yang sudah mengetahui warna untuk mengajarkan warna teman-teman anak itu. Misal anak bernama Budi telah mengetahui 5 warna maka Budi akan disiapkan warna yang ia ketahui misal merah, putih, kuning, hijau dan biru. Maka setelah itu Budi akan mengajarkan Budi warna-warna ke teman-temannya. Oleh karena itu maka Budi harus diajarkan cara komunikasi oleh orang dewasa ini ke teman-temannya misal cara memperkenalkan diri dan bagaimana Budi mengenali sebuah warna, semisal warna biru seperti warna sepatu dsb. Selain itu orang dewasa itu harus memperhatikan kelebihan dan kekurangan anak atau menyusaikan diri dengan kepribadian anak itu dalam menjadikannya guru anak. Misalkan Budi pemalu kekurangannya maka guru itu harus menyemangati Budi misal dengan dorongan emosi yang baik dan juga menghasilkan sesuatu yang baik bagi diri Budi. Kegiatan ini harus ada pengawasan dari orang yang lebih tua, orang tua dan keluarganya, dan harus berkelanjutan, maksudnya harus memiliki arah dan tujuan.
Semoga opini cerdas ini akan menjadikan seorang anak nantinya lebih dewasa, bijaksana, haus ilmu dan rendah hati. Hal itu memungkinkan peradaban dunia yang lebih maju atas ridho dan rahmat Tuhan Yang Maha Esa.

Opini Cerdas: Mall Sadar Lingkungan

 

Sebelumnya saya minta maaf karena beberapa minggu ini opini cerdas belum ditulis karena ada kendala tekhnis dan nontekhnis.
Lingkungan adalah tempat kita untuk tumbuh dan berkembang. Oleh karena itu sebuah lingkungan harus menunjang orang untuk tumbuh dan berkembang. Salah satu syarat untuk menunjang seorang tumbuh dan berkembang dengan baik adalah lingkungan itu harus bersih. Di zaman modern ini yang mana kehidupan serba cepat dan instan, jamak kita temukan sampah dimana-mana. Hal itu terjadi karena beberapa sebab, di antaranya adalah manusia zaman ini pada dasarnya sudah tidak peduli lagi dengan lingkungannya, karena mementingkan hal-hal yang gampang saja, tanpa memperhatikan hal yang lebih penting. Misalkan, orang membuang sampah sembarangan karena ia menganggap bahwa suatu saat itu akan dibersihkan oleh pihak terkait tanpa sadar perbuatan buruknya itu akan memberikan dampak tidak baik di kemudian hari, misal jika ia membuang kulit pisang di jalan mungkin saja akan ada orang yang menginjak kulit pisang itu dan terjatuh.
Oleh karena itu kita harus sadar lingkungan dan menciptakan lingkungan yang bersih. Salah satu caranya adalah dengan mengedepankan sadar lingkungan. Bagaimana caranya? Dalam opini cerdas kali ini saya akan mengedepankan cara yakni penyadaran lingkungan melalui mall. Kenapa mall? Karena mall kita tahu sendiri adalah tempat yang terkelola dengan baik dan isinya bersih dan rapih. Mall bisa dijadikan contoh mengenai baiknya sebuah lingkungan. Selain itu mall adalah tempat yang sering dikunjungi orang karena ia tempat berbelanja yang lengkap, untuk berkumpul dan bermain.
Bagaimana caranya agar mall menjadikan orang sadar lingkungan. Cara ini dikhususkan untuk anak sekolahan dari tingkat SMP dan SMA. Caranya adalah sekelompok siswa harus berkumpul dan membicarakan lingkungan mereka, misalkan sekolahnya. Bagaimana kondisi lingkungan sekolah mereka, dan bagaimana yang sedang terjadi dan akan kemana lingkungan itu tujuannya. Setelah itu sekelompok siswa itu harus ke mall dan melihat-lihat isi mall. Setelah itu diskusikan bagaimana isi mall itu dan apa kesan yang didapatkan setelah melihat isi mall itu. Diskusikanlah apa yang dilihat dan kesannya dan diskusikan bagaimana itu bisa terjadi. Setelah itu benturkan permasalahannya itu dengan kondisi lingkungan sekolah itu sendiri. Hasilnya akan didapatkan dan pasti kesimpulannya sekolah itu harus bersih karena tempat pendidikan.
Demikian opini cerdas kali ini. Semoga bermanfaat.

Barang-barang Mewah

 

Suasana sedang ramai di hari itu. Orang lalu lalang sibuk dengan urusannya masing-masing. Seakan-akan seorang dan orang lain tidak saling memperhatikan karena saking sibuknya dengan aktivitasnya masing-masing. Seorang anak terlihat sedang membeli es krim di sebuah gerobak dorong. Ia terlihat sangat senang sekali, di belakangnya terlihat ibu bapaknya dan adiknya seorang wanita yang sedang digendong oleh bapaknya. Walaupun mereka terlihat sibuk namun seakan-akan perasaan mereka sungguh bahagia.
Di sisi kota lain seorang nenek tua sedang bersantai di depan halaman rumahnya. Ia terlihat sedang minum teh ditemani sebuah biskuit. Tetiba di bawah tubuhnya terjatuh sebuah benda. Ia terkejut dan ia kemudian melihat benda itu. Benda itu terlihat teramat indah baginya. Seakan-akan ia tersihir melihat benda itu dan matanya menjadi berbinar-binar.  Dan ia pun merasakan badannya bergetar seluruh tubuhnya dan hampir-hampir ia jatuh pingsan. Ia kemudian perlahan berdiri untuk mengambil benda itu. Kemudian benda itu ia simpan di sakunya, kemudian melanjutkan minum the di pagi itu.
Di tempat lain kedua orang kekasih terlihat sedang bertengkar. Mereka sedang meributkan sesuatu. “ Anjing kamu!” kata pria itu yang kemudian menampar kekasihnya. “Kamu pelacur!” lanjut kekasih prianya itu. Kemudian wanitanya itu terjatuh dengan darah yang mengalir dari berbagai lobang di wajahnya. Setelah itu pria itu terdengan tertawa girang.
Suasana kota yang tadinya ramai itu perlahan berubah menjadi sepi, entah apa yang terjadi. Kemana orang-orang yang tadinya lalu lalang? Angin kemudian berhembus kencang di kota itu, dan tetiba seekor burung merpati lewat membawa seorang bayi.  Kemudian seorang bayi itu tumbuh dewasa dengan cepat. Ia terlihat begitu ringkih dan terlihat pucat.  Orang itu kemudian berjalan menyusuri kota itu dengan mata yang kosong dan seakan-akan ia melihat segala sesuatu.
Tetiba ada suara berbagai tembakan menggelegar dari mana-mana dan orang-orang keluar dari tempatnya masing-masing. Ada yang dari rumahnya, ada yang dari dalam bawah tanah yakni pembuat jalan, dan banyak lagi yang datang dari manapun. Orang yang ringkih itu hanya tersenyum dan berlalu saja. Ia kemudian dihampiri oleh seorang yang membawa senjata yang terlihat canggih. Pemuda ringkih itu kemudian berbicara dengan orang itu. “Hai! Apakah kau mau perhiasanku yang banyak ini yang tak habis-habis?” ia menunjukan perhiasannya yang terlihat sangat indah seindah cahaya mentari. Tanpa dinyana, lelaki ini langsung menembaknya dan kemdian pria ini terjatuh dan mati.
Dan kemudian pria ini kemudian mengejar orang-orang yang berlarian itu. Kemudian ia menembaki semuanya tanpa sisa sedikiit pun. Kemudia pria ini terdiam dan kembali melihat sesuatu. Ternyata sesuatu itu adalah perhiasan yang ia punyai. Kepala pria itu kemudian menunduk dan ia terlihat mengeluh, “Mengapa kepalaku pusing?” dan kemudian ia terjatuh. Ia pingsan.
Di dalam ketidaksadarannya ia bermimpi. Mimpi yang seakan itu adalah kenyataan. Awalnya ia masuk ke dalam sebuah kamp militer. Dan bertemu banyak teman, ia mencintai kehidupannya. Namun ia merasakan ada sesuatu yang kurang. Entah apa. Di rumahnya tiba-tiba ada seorang wanita yang itu adalah istrinya yang tengah mengandung. Ia sedang hamil tua. Di sana ada seorang ibu dan bapak yakni mertuanya yang juga sedang menemani anak wanitanya yang satu-satunya itu sedang mengandung. Lalu pria itu masuk ke sebuah kamar dan terlihat istrinya yang tadi hamil tua melahirkan. Di kamar itu ia melihat beberapa temannya, keluarga dan orang tua dari lelaki itu dan wanitanya. Ia mendekati istrinya itu dan melihat bayinya yang baru lahir. Betapa bahagianya ia melihat bayinya itu. Lantas ia menciumnya dan ingin menamainya. Namun sebelum menamainya pria itu terbangun dari pingsannya. Ketika terbangun ia menangis dan ia kembali melihat perhiasan itu. Dan kemudian ia mengingat kejadian sebelumnya, ia sungguh menyesal. Kemudian ia memasukkan moncong senjata ke dalam mulutnya dan kemudian bunuh diri.

Opini Cerdas: Main Mobile Legends dan Kesadaran Moral Manusia

 

Baru kali ini saya bisa menuliskan Opini Cerdas lagi, sebelumnya saya mohon maaf. Main Game di hape sudah menjadi jamak di masyarakat sekarang. Ada yang mengatakan itu buruk karena membuat seseorang kecanduan dan menyebabkan hal yang lebih buruk terjadi seperti kasus kriminalitas dan bunuh diri, ada yang mengatakan itu baik yakni sebagai peningkat kecerdasan dsb. Di sini saya akan membahas main game di hape yaitu game Mobile Legends sebagai pembuka kesadaran moral manusia.
Mengapa main Mobile Legends akan membuka kesadaran moral manusia? Karena Mobile Legends sejatinya akan membuka mata manusia yang memainkannya akan mengetahui baik dan buruknya sesuatu. Dalam permainan Mobile Legends ada pertarungan antara dua kelompok dan antar kelompok ini saling berebut kemenangan. Hal ini membuka pandangan manusia tentang baiknya kemenangan dan mencapai sesuatu itu secara fair dan pantas, juga bekerja sama secara baik.
Mobile Legends dapat membuat orang menjadi lebih optimistis dalam menjalani kehidupan dan membuatnya semakin  semangat dalam mencapai tujuan. Namun dengan catatan, hal itu bisa terjadi jika seseorang mempunyai kesadaran sosial yang baik, yakni mengetahui benar salahnya sesuatu di masyarakat. Jika seseorang buta akan kesadaran sosial, maka seseorang tersebut akan terjerumus ke jurang kejahatan, namun apabila seseorang menyadari perannya dalam masyarakat maka orang itu akan menjadi sesosok pembaharu yang optimis namun realistis.
Demikian yang bisa saya sampaikan dalam Opini Cerdas kali ini. Lebih kurangnya saya mohon maaf terimakasih.

Opini Cerdas: Guru dan Anak

 Menjadi guru mungkin adalah cita-cita yang besar karena nilainya di mata masyarakat dan Tuhan yang sangat baik karena ia adalah bentuk pengabdian seorang manusia yang bisa membuat manusia lain menjadi berkembang dan maju. Pengabdian itu sangat berharga mungkin tidak bisa ternilai oleh uang semata, melainkan ada bentuk yang lebih besar dari uang yakni kalau dalam sisi Tuhan ada pahala dan dalam sisi manusia ada timbal budi yang sangat besar yakni mungkin hutang nyawa.  Menjadi seorang guru pun sangat besar manfaatnya buat manusia selain timbal baliknya yang besar juga. Menjadi guru bermanfaat menjadikan orang lebih dewasa, dan lebih memasyarakat dan lebih ingin tahu dan karena itu ia mendalami Ilmu. Menjadi guru juga membuat ia lebih bijaksana dan lebih cerdas dalam mengenali dirinya dan orang lain. Oleh karena itu di sini saya ingin mengedepankan suatu opini yang penting yang bisa jadi suatu saat bisa diilmiahkan yakni Guru Anak.

Masa anak-anak adalah masa yang penting dalam pembentukan jati diri manusia. Jika anak-anak itu dididik secara baik maka ia akan menjadi manusia yang baik bagi dirinya sendiri, keluarganya dan masyarakatnya (itu juga tergantung takdir Tuhan). Namun kalau dididik secara buruk maka anak itu akan menjadi penjahat, atau kalau ia ditakdirkan baik oleh Tuhan ia akan menjadi baik namun peluang itu ghaib maksudnya belum kita ketahui (hanya Tuhan yang tahu). Namun yang pasti apabila seorang anak dididik secara baik maka anak itu kemungkinan besar akan lebih mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk. Dan apabila seorang anak itu mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk akan lebih memudahkan anak itu untuk hidupnya jadi lebih baik ke depannya buat dirinya, keluarganya, dan masyarakat. Di sini saya akan menuliskan opini menjadi Guru Anak dan tata caranya agar menjadi Guru Anak itu berhasil dan berakibat baik buat si anak dan sekitarnya di hari depan.
Mengapa menjadi guru? Karena menjadi guru itu adalah bertanggung jawab dan dewasa. Menjadikan anak seorang guru berarti mendidik sedini mungkin seorang anak menjadi dewasa dan bertanggung jawab. Selain itu apabila seorang anak menjadi guru maka ia akan menjadi seorang yang haus ilmu, rendah hati, dan senang belajar dan memungkinkan anak itu menjadi pandai.
Bagaimana menjadikan seorang Guru Anak? Ada persiapannya. Pertama harus ada orang dewasa yang membimbingnya. Orang dewasa itu harus memiliki kelengkapan yang memungkinkan seorang anak menjadi Guru Anak. Misalkan jika seorang akan menjadikan seorang anak menjadi guru anak untuk menjadikan anak itu guru pelajaran warna, maka orang dewasa itu harus mempersiapkan berbagai hal misal kertas warna atau papapn tulis putih. Seorang dewasa itu harus membimbing seorang anak yang sudah mengetahui warna untuk mengajarkan warna teman-teman anak itu. Misal anak bernama Budi telah mengetahui 5 warna maka Budi akan disiapkan warna yang ia ketahui misal merah, putih, kuning, hijau dan biru. Maka setelah itu Budi akan mengajarkan Budi warna-warna ke teman-temannya. Oleh karena itu maka Budi harus diajarkan cara komunikasi oleh orang dewasa ini ke teman-temannya misal cara memperkenalkan diri dan bagaimana Budi mengenali sebuah warna, semisal warna biru seperti warna sepatu dsb. Selain itu orang dewasa itu harus memperhatikan kelebihan dan kekurangan anak atau menyusaikan diri dengan kepribadian anak itu dalam menjadikannya guru anak. Misalkan Budi pemalu kekurangannya maka guru itu harus menyemangati Budi misal dengan dorongan emosi yang baik dan juga menghasilkan sesuatu yang baik bagi diri Budi. Kegiatan ini harus ada pengawasan dari orang yang lebih tua, orang tua dan keluarganya, dan harus berkelanjutan, maksudnya harus memiliki arah dan tujuan.
Semoga opini cerdas ini akan menjadikan seorang anak nantinya lebih dewasa, bijaksana, haus ilmu dan rendah hati. Hal itu memungkinkan peradaban dunia yang lebih maju atas ridho dan rahmat Tuhan Yang Maha Esa.

Kata

 

Ada, kata yang usang atau bisa jadi telah lama hilang atau layu
Yang mungkin telah terdapat sejak lama yang kini atau nantinya
Kata itu menjadi harapanku dan keninginanku
Dan mungkin tak kan pernah ku lupa adanya

Cuaca, alam setiap waktu akan menjadi timbul tenggelam
Begitu juga kehidupan yang kini ada dan nanti bahkan tiada
Namun di dalam hatiku ini dan dalam diriku masih nyata kata
Yang ada itu dan yang pantas kunginkan bahkan ku genggam

Mungkin nanti jalan akan mendaki

Atau bisa saja ia selalu berganti

Namun harapan dan keyakinan itu padaku

Menyisakan jejak pada sang kataku

Walau tentangnya tiada yang memperdulikan
Dan aku masa bodo akan kepedulian tentangnya!
Namun soal kata, yakni cinta
Tak ada yang bisa memusnahkan

Sendiri

 

Untuk kau yang masih sendiri

Teruntuk kau nona yang masih sendiri
Di antara ruang tak bercahaya kau masih berdiri
Di kiri dan kananmu timbul bagai uap putih yang bau
Yang kau endus karena ada di sekitarmu

Sepi yang tak kau cari sebenarnya masih ada dalam hatimu
Yang mungkin kau tahu atau kau tak tahu
Namun kau masih tetap tersenyum
Mencari ruang dan orang untuk saling berbagi

Nona yang masih sendiri terus berdiri
Merasakan tapaknya yang juga masih berdiri
Ruang gelap dan bau tidak kau sadari
Meski itu masih kau alami

Engkau ingin kemana?
Mungkin itu pertanyaanmu sendiri padamu juga
Yang kau tahu mungkin kau harus tetap berdiri
Karena di ujung sana ada yang menanti, juga mati

Sajak buat Anonim

Mungkin aku sudah cukup menuliskan sajak ini buatmu
Sajak tentang cinta yang tergores di urat darahku
Karena di sana sudah terlihat
Yang ada bukanlah nyata

Aku memandangmu sebagai yang benar-benar bisa memahami
Arti sebuah cinta yang mungkin kupersembahkan buatmu
Namun aku tak bisa begitu tahu
Apa yang sebenarnya terlintas dalam benakmu tentangku

Yang kutahu hanya satu:
Kau yang ada di sana masih berdiri sendiri
Kaku
Meski tak memandangku namun rasa itu terlintas padaku

Goresan atau luka padaku dan sajak ini nyata
Namun di antara kita masih tiada
Biarlah sajak ini ku taruh saja
Pada ruang hampa di antara kita

Takdir

 Untuk A.B

Memang kau tercipta untukku
Namun kita belum bisa tuk bersama
Bagaikan langit dan bintang di angkasa itu
Kau dan aku bagiku dan aku dan kau bagimu ada

Kau bagaikan malam yang terang
Yang membina bahagia dalam bersama
Namun gelap yang ada dalam ruang
Seakan di antara kita masih ada

Deburan ombak di pantai
Dan jalan setapak di taman yang rimbun
Bisa satu padukan hati
Adalah kenyataan yang kita percaya dan yakin

Aku menggenggam tanganmu di dalam hatiku
Dan kau juga merasa bahwa kita sama-sama punya cinta
Tak kan ada ruang lagi di harimu dan hariku
Pada saat itu kita sudah melebur menjadi satu walau hilang alam semesta

Lagu Cinta

 


Menanti Dirimu

 


Kurelakan

 


Bidadari Dangdut

 
Jam kerja Anton sudah hampir selesai, terlihat senja mulai naik. Ia berhadapan dengan komputer dan jarinya yang terus mengetik sesuatu. “Bagaimana Anton kerjaanmu hari ini?” tanya menejernya, Shindy yang berada percis di sebelahnya yang terhalang sebuah sekat yang terbuat dari kayu. Paras Shindy yang memukau pria kebanyakan itu tidak mengusik pekerjaan Anton. “Sebentar lagi selesai bu.” Jawab Anton sopan. Shindy kemudian tersenyum, lantas pergi meninggalkannya. Beberapa lama kemudian, Anton berberes kerjaannya dan beranjak dari kantor. Anton kemudian berpamitan dengan teman-temannya, juga atasannya. Anton sudah berada di mobil. Di mobil itu ia terlihat bersama dengan kawannya, Freddy.  Anton bersama Freddy berniat menuju ke sebuah kafe untuk sekadar makan dan minum. Kebetulan hari itu mereka berdua tidak lembur. “Pekerjaan hari ini cukup banyak.” Ujar Anton membuka pembicaraan dengan Freddy. “Benar, tadinya gue kepingin lembur, namun besok ada rencana untuk mempersiapkan pernikahan dengan Laras.” Timpal Freddy. Anton terlihat serius mengendarai mobil. “Oh baguslah, semoga aman-aman saja persiapan pernikahannya.” kata Anton.  Sekitar setengah jam mereka berkendara, mereka sudah sampai ke sebuah kafe. Setelah sampai di kafe, mereka berdua memesan makanan. “Bagaimana hubunganmu dengan Sarah, Anton?” tanya Freddy. “Biasa saja, cuman berteman.” Jawab Anton dingin. Sarah adalah teman kantor Anton dan Freddy. “Sarah sebenarnya wanita yang baik, tapi ia bukan yang kucari.” Ujar Anton kepada Freddy. “Kalau boleh tahu, memang bagaimana wanita yang kamu harapkan?” tanya Freddy. “Bagaimana ya?” tanya Anton kepada dirinya sendiri yang didengar Freddy. Freddy tersenyum. “Sudahlah Freddy, kita makan dulu saja.” Kemudian mereka makan. “Bulan depan kakakku, Ani, juga akan menikah.” Kata Anton kepada Freddy. “Oh begitu, baguslah, semoga lancar pernikahannya.” “Namun, kami kesulitan untuk mengadakan acara pernikahan itu, maklum kedua orang tua sudah bercerai sejak kami kecil.” lanjut Anton. “Kesulitan bagaimana?” tanya Freddy. “Kan orang tua kami tinggalnya sudah berjauhan semenjak kami kecil, dan kami diurus oleh paman dan bibi kami, karena mereka punya pekerjaan masing-masing yang terbilang cukup berat, dan mereka tinggal jauh dari rumahku dan kakakku.” jawab Anton. “Oh begitu, kalau ada apa-apa aku siap membantu.” Balas Freddy. Anton kemudian tersenyum. Kemudian telpon genggam Anton berdering. Rupanya yang menelepon adalah Sara, yakni mantan pacarnya sewaktu SMA dan temannya berkumpul juga alias genknya. Sara mengajaknya untuk berjalan-jalan bersama teman Anton dan Sara di akhir pekan esok. Namun Anton menanggapinya biasa saja, seperti cuek. Memang hubungan asmara Anton misal kepada Sara biasa-biasa saja, juga kepada mantannya yang lainnya. Mungkin cinta yang diharapkan tidak ada kepada mereka, yakni mantan-mantan Anton. Lalu kemudian di kafe itu yang kebetulan ada panggung musiknya, seorang pembawa acara memanggil seorang penyanyi. Anton biasa saja, namun Freddy merasakan antusiasme yang besar karena ia penyuka dangdut. Memang penyanyi itu adalah penyanyi dangdut. Penyanyi itu memperkenalkan dirinya bernama Nella. Kemudian Nella memulai membawakan sebuah lagu. Para pengunjung kafe itu memperhatikan sang penyanyi. “Kamu kenapa Anton?” tanya Freddy kepada Anton. Anton terlihat terbengong bersamaan dengan biduan dangdut itu membawakan sebuah lagu yang  berjudul “Bojo Galak”. Anton merasakan tersihir dengan penampilan Nella. Penampilannya yakni parasanya, pakaiannya, dan juga suaranya. Jantungnya berdegup kencang dan darahnya berdesir. Hal itu tidak dirasakannya selama dia bertemu dengan wanita lainnya, atau selama hidupnya. “Tidak apa-apa.” Jawab Anton kepada Freddy. Kemudian di dalam hati Anton meyakinkan dirinya sendiri untuk berkenalan dengan bidadari dangdut itu. “Mungkin dia yang kucari.” Batin Anton. Terlihat hari tambah gelap.                                                                                                    

Terjatuh


Jadi

 Ia masih terbaring di kasurnya, ketika waktu pagi masih belum Subuh, wajahnya menatapi langit-langit dinding. Bohlam yang cahayanya berwarna kuning itu memendar di ruangan yang hanya empat kali tiga meter itu, dan juga di bola matanya, cahaya itu seakan-masuk ke dalam matanya, bahkan ke dalam batinnya, juga hatinya dan perasaannya yang seakan serupa dengan warna bohlam itu. Kepalanya juga berasa pusing, ia banyak pikiran, di benaknya meruang kenangan akan keberadaan istri dan anaknya, juga masalah keuangan, seperti hutang dan kebutuhan sehari-harinya. Terlihat di kamar itu ada rak baju, botol besar air mineral, dan juga foto keluarganya—yang sehati itu, yakni ia bersama istrinya, yang sudah ia ceraikan namun ia masih cintai itu, dan juga anaknya yang juga ia cinta. Ada tubuh anak kecil yang juga terbaring di sebelahnya yang sudah terbangun. “Nak, kamu mau sarapan apa?” tanya Agus kepada anaknya Budi yang kemarin ia belum sempat mengobrol dengan anaknya, karena sudah tertidur. Budi yang sedang mengucek-ucek matanya kemudian menjawab, “Roti, Pak.” Agus hanya tersenyum lantas mengiyakan. Agus keluar dari kamar kontrakanya lalu menuruni beberapa anak tangga menuju ke warung untuk berbelanja. Ia melewati jalan gang itu, yang di sebelah kanan dan kirinya ada rumah sederhana yang berdiri. “Bu, rotinya satu,” pinta Agus. Ibu warung kemudian memberikan satu buah roti seharga Rp.2000 kepadanya. “Hutang dulu bu.” Ibu warung itu hanya mengangguk seakan pasrah. Agus masuk ke dalam kamarnya lagi, “Bapak, ada rotinya?” tanya Budi yang sedang terduduk, lalu Agus menjawab, “Ada.” Lantas Agus memberikan roti itu kepada anaknya, yang kemudian Budi makan. Agus kemudian ke kamar mandi untuk bersiap mandi. Sekembalinya ke kamar, terlihat Budi sedang terbaring. Setelah itu ia memakai pakaian rapi. “Selamat ulang tahun ya, Nak.” Bisik Agus kepada Budi. Budi mengangguk, “Iya,” kata Budi. Budi kemudian berbicara kepada Bapaknya itu untuk membelikan mainan berupa mobil-mobilan sebagai hadiah ulang tahunnya. Ulang tahun Budi tidak mungkin Agus lupa karena ia anak semata wayang yang ia cinta dan sayang. Anaknya hasil buah cintanya dengan istrinya yang berulang tahun hari itu, yakni hari yang sama dengan hari pernikahannya dengan ibunya Agus, Rabu. Adzan Shubuh kemudian berkumandang. Agus pun pergi bekerja, walaupun sedang pusing sejak beberapa hari yang lalu yang terjadi sejak lama. “Bapak bekerja dulu Budi.” Ucap Agus setelah mencium anaknya Budi, yang seakan pula ia mencium istrinya yang masih cintai dan yang ia rindukan itu.

***
“Kemana Agus ya, kok belum datang jam segini?” tanya Jaka yang terlihat sedang terduduk. “Tuh dia lagi jalan ke sini!” jawab Iwan yang melihat Agus dari kejauhan yang juga sedang terduduk sambil mengopi. Sang mandor itu pun mengangguk. Kelima orang tukang bangunan itu menunggu pekerjaan untuk dikerjakan. Agus datang, yang kemudian, ia bersalaman dengan sambil tersenyum dengan tukang lain yang sedang duduk di dalam rumah yang sedang direnovasi itu. Kemudian Agus dan teman-temannya mulai bekerja. Mandor terlihat menyusun batu-bata untuk membikin pagar, sedangkan Agus sendiri sedang mengaduk semen, sementara yang lainnya juga terlihat dengan pekerjaannya masing-masing. Sambil mengaduk semen, Agus teringat kebaikan Sang Mandor kepadanya, yakni mengajaknya bekerja. Sang Mandor memang sudah menjadi kenalan Agus semenjak ia ke Jakarta—meski ia sudah tidak punya kampung halaman lagi, karena rumah dan sawah orang tuanya di kampung sudah dihabiskan untuk warisan saudara-saudaranya. Pada waktu itu Sang Mandor sedang menawarkan diri bekerja di rumahnya, yakni membangun pagar yang sedang diperbaiki oleh Agus. “Maaf Mas, saya belum butuh.” Jawab Agus kepada Sang Mandor yang memperkenalkan dirinya sebagai Jaka, yang terlihat sebagai orang yang baik itu menurut perasaannya. Jaka yang bekerja sebagai mandor kemudian meminta saling bertukar nomor telepon genggam. Dari sana perkenalan mereka berjalan dengan baik. Kadang Agus mampir ke tempat Jaka, yang tempatnya berada di sebuah taman. “Kalau ada kebutuhan mendesak hubungi saya saja Mas, semoga saya bisa bantu.” Kata Agus kepada Jaka. Jaka terlihat amat senang. Kemudian mereka bercengkerama panjang. Terlihat dari pencengkeramaannya, Agus memang orang yang mudah sekali berteman, bukan hanya kepada kelasnya namun sampai ke kelas lain di masyarakat. Agus terus mengaduk semen, sesekali ia memasukkan semen ke dalam ember berwarna hitam. Selain mengaduk semen ia juga bisa merasakan keberadaan rumah yang sedang ia bersama kawan-kawannya sesama tukang bangunan itu renovasi. “Kesinikan lagi Gus, semennya!” perintah Sang Mandor, dan Agus mengiyakan, ia bekerja sangat rajin walau ia sedang pusing. Rumah yang sedang Agus dan tukang bangunan lainnya renovasi yang sudah terjadi beberapa hari itu seperti rumah Agus yang dulu yakni cukup nyaman. Merasakan itu Agus jadi bersedih, perasaannya bercampur baur. Rumahnya yang dulu itu, yang sudah ia tinggalkan, itu milik istrinya, yang ia cintai, yang beberapa bulan lalu ia ceraikan. Agus kemudian membawa semen adukannya yang diisi ke dalam ember itu ke Sang Mandor.
***
Banyak anak yang sedang bermain. Beberapa di antaranya Budi dan kawan-kawannya. Budi menendang bola ke arah temannya. Namun bola itu melenceng jauh, ia kurang konsentrasi, Budi sedang merindukan Bapak dan Ibunya yang ia lihat saling mencinta itu. Lantas karena bola tendangannya itu yang melenceng jauh, Budi ditertawakan oleh teman-temannya itu. Budi juga ikut tertawa. Tertawaan-tertawaan itu menjadikan Budi teringat suatu hal, yakni ketika ia bersama ibu dan bapaknya berjalan-jalan ke sebuah tempat wisata. Pada waktu itu Budi dan kedua orang tuanya sangat bahagia, sampai-sampai malam hari mereka terbawa mimpi dan saling menceritakan mimpinya satu sama lain. Mimpinya hampir sama. Perasaan mereka sangat bahagia pada waktu itu. “Nih, Bud bolanya!” ujar teman Budi, yang kemudian melemparkan bola itu kepadanya. Budi lantas menendang bola itu lagi. Nampak keseruan anak-anak yang bermain bola, anak itu ada tiga orang. Budi senang sekali bermain bola dengan teman-temannya, walau ia tak lupa untuk bersekolah nantinya.
***
Waktu sudah hampir Maghrib. Pekerjaan Agus di hari itu hampir selesai. Ia bersiap untuk pulang ke kontrakannya untuk bertemu anaknya yang ia cintai dan rindukan itu.  Mungkin anaknya sedang bersama tetangganya yang Budi titipkan kepadanya, pikir Agus. “Hati-hati di jalan, ya Gus” ujar Iwan kepada Agus. Agus mengiyakannya. Kemudian Agus bersalaman kepada teman-temannya sesama tukang bangunan itu. Di perjalanan Agus sesekali berpikir tentang anaknya, dan istrinya yang sudah ia ceraikan itu, juga terkadang ia berpikir tentang pekerjaannya yang berat itu. Agus kemudian mampir ke sebuah toko mainan anak-anak dan membeli sebuah mobil-mobilan seharga 25.000 itu untuk hadiah anaknya yang sedang berulang tahun. Dari toko mainan tadi, ia kemudian berjalan lagi menuju kontrakannya. Banyak mobil dan motor yang berseliweran di jalan itu. Jalanan cukup ramai. Di benak Agus, ia mengingat kejadian beberapa bulan lalu, yang masih menghantui pikirannya, yakni perkelahiannya dengan seseorang yang ingin menculik anak dan mengganggu istrinya. Orang yang mengganggu itu terbunuh oleh tangan Agus, yang menyebabkan ia masuk penjara selama 5 tahun lebih 6 bulan, yang untungnya baginya tidak terlalu lama, karena kekuatan pengacara yang ia miliki, yang pengacara itu dibayar dari tabungannya selama itu. Yang karena pembunuhan itu, orang tua dari istrinya memintanya untuk menceraikan anaknya, yakni istri Agus. Agus hanya berpasrah pada nasibnya itu. Agus terus berjalan menyusuri jalan itu. Ada hal yang menarik pandangan matanya di jalan itu, yakni sekumpulan keluarga yang sedang berbelanja di pinggir jalan. Keluarga itu sangat bahagia. Agus jadi teringat keluarganya yang dulu pernah bahagia. Pandangan mata Agus sempat terhalang bis yang lewat. Namun setelah bis itu lewat ia menjadi kebingungan. “Kemana keluarga yang bahagia itu,” pikirnya. “Mobilnya pun tidak ada, di sana atau di jalan,” ujarnya lagi dalam hati. Kemudian dengan jelas ia melihat palang tulisan yang tertulis “TEMPAT MENJUAL MASA LALU”. Agus kemudian tersentak,  matanya terpana.
***
Agus sudah sampai ke kontrakannya, ia masih penasaran dengan apa yang terjadinya di jalan itu, yang menyentak perasaannya. “Sayang, gimana sekolahnya hari ini?” tanya Agus kepada Budi yang sedang bermain permainan dari telepon genggamnya. Budi terseyum lantas menjawab, ‘’Baik, Pak.” Kemudian Agus memeluk Budi. “Nih mainan mobil-mobilannya untuk hadiah ulang tahun Budi.” Budi langsung memeluk Agus, saking senangnya. “tek…” lampu mati, Agus dan Budi kaget. “Agus…” ujar seseorang di belakangnya. Agus teringat orang yang berada di seberang jalan itu yakni kios “TEMPAT MENJUAL MASA LALU”. Seperti tindakan spontan ia lakukan, “Jadi…” meskipun kurang yakin uangnya cukup, sambil bersalaman Agus berujar kepadanya. Lampu kemudian menyala lagi. Terlihat Istri, anaknya dan dia sedang duduk di kasur kamarnya, di rumahnya yang dulu dan lama kelamaan semakin menjauh.




Pijat Urut

 

Sepeda


Tangga

 

Tinggi

 

Tanam


Papan

 

Hari Juang Kartika

 

Bimbang

 Lebih baik kehilangan yang kurasakan
daripada mati bertubi-tubi
karena sebenarnya kau dan aku saling mencinta
namun sejatinya antara kita tak ada

Aku kira sebenarnya yang kau mau bukanlah cinta
tapi pesona sementara yang tampak indah pada pandangan
yang kau tahu hanya bisa namun tidak mampu
seperti diperkosa...

Bukan salahku nanti bila kau tak enak
walaupun ku tahu kau merasakan kenikmatan
Seperti berenang di air dingin
Namun kau seperti melupakan akan kedinginan

sesungguhnya cinta yang ada di dalam dirimu nyata
namun di dalam batinmu yang sejati tak kau rasakan
ada bilik di hatimu yang bercahaya
berkelap-kelip menantikan

ada cinta yang menanti di ujung senja
cinta yang nampak akan kau dapati
namun ada sesuatu di pelupuk matamu yang mendua
antara hatimu dan hatimu

Cinta dalam Hati

 
“Wan, bangun!” suara dari luar pintu kamar memanggilku. Aku yang sedang tertidur waktu itu langsung terbangun. “Wah, sudah agak siang nih.” Pikirku yang ketika melihat jam di samping kasurku menunjukkan pukul 6.30 WIB. Bangun tidur, kemudian aku bersiap-siap berangkat ke sekolah. “Kalau sudah kuliah baru diberikan motor.” Ujar Bapakku kepadaku. Aku kemudian bergegas berjalan ke sekolahku. Pakaian SMA lengkap sudah kukenakan. Ada perasaan aneh menggelayuti perasaanku semenjak aku bangun tidur tadi sampai aku memasuki gerbang sekolah. Namun perasaanku itu kubiarkan saja, karena aku lebih berkonsentrasi untuk jalan dan bersekolah hari ini.

 “Iwan, apakah kamu sudah siap dengan ujian tertulis matematika hari ini?” tanya temanku Syara, aku hanya mengangguk, menunduk dan kemudian mengatakan “ya” padanya yang lalu tersenyum. Syara yang berada di depanku lantas tersenyum, lalu aku mengambil posisi duduk di belakangku, yakni kursiku kelima dari belakang sebelah kanan pintu masuk kelas. Kelas waktu itu sudah ramai, jam di tanganku menunjukkkan jam 7 (tujuh) kurang. Lembaran soal matematika mulai dibagikan. Satu persatu murid-murid di kelasku mendapatkan lembaran soal, terlihat wajah yang berbeda di masing-masing murid itu. Ada yang senang, was-was, cemas, bahkan ada yang cengengesan, mungkin dia belum siap menghadapi ujian ini, pikirku. Lembaran soal mulai mendekatiku. Kemudian datanglah guruku di sebelah kananku. “ini soalnya untuk kamu kerjakan.” Ujarnya. Aku menoleh ke arah kananku seperti biasa. Melihat guruku yang seorang wanita itu, yang bernama Bu Ani. Seketika aku menoleh ke arah kanan seperti ada yang tidak biasa dan tertahan.
***
Malam itu di rumahku, sebelum hari ujian itu berlangsung, aku terbangun. Sebelumnya ketika tidur aku seakan melihat wajah seorang bidadari yang percis di hadapanku. “Kamu siapa?” tanyanya kepadaku. Kemudian aku menjawab dengan jelas namaku kepadanya. Hatiku tenang sekali dan damai dibuatnya. Ia begitu mempesona, seketika itu tumbuh rasa cinta di hatiku.
***
“Iwan.” Kataku perlahan namun jelas. “Iwan kerjakan soal matematika ini dengan serius, jangan kebanyakan melamun.” Ujar Bu Ani kepadaku, namun seakan tak kudengar jelas perkataan itu. Aku hanya masih melihat wajah seorang wanita di seberang mejaku dan temanku yang ada di samping kiriku. “Seperti wajah yang kulihat di dalam mimpi kemarin malam, sampai aku hampir ke siangan bersekolah.” kataku dalam hati kepada diriku sendiri. Setelah melihatku, ia kemudian menaruh muka ke depan lagi.
Ujian sudah selesai. Tepat dua jam setelah soal ku kerjakan.
Beberapa waktu kemudian, setelah ganti beberapa pelajaran, kami banyak yang sibuk sendiri. Di kantin, para murid sudah ramai. Maklum sudah jam istirahat. Aku sendiri memilih makan siomay. “Wan, gimana tadi lo bisa gak ngerjainnya?” tanya kawanku kepadaku, Anto. “Bisa.” Jawabku singkat yang meragu kepadanya. Obrolan kami masih berlanjut di kantin itu. Kemudian wanita yang sekelas denganku yang ku pandang sebelum ujian itu seakan perlahan menghampiriku. Rupanya ia mencari bangku di kantin itu, tepat di sebelahku. "Hai!" sapanya padaku. Lalu kujawab lagi sapaannya. Sebenarnya ada rasa mendesak dari diriku untuk berbincang banyak padanya, namun seperti ada sesuatu yang tak mau keluar dari diriku.
Matahari mulai meninggi di awan. Waktu bersekolah sudah mulai mendekati akhir, murid-murid sudah siap untuk pulang sekolah.
“Wan, hati-hati di jalan ya!” ujar Ita dari jarak beberapa meter dariku. Aku hanya tersipu lantas mengiyakan sarannya itu. Ia wanita yang cukup cantik di sekolahku, bagiku juga ia teramat cantik, malahan ia bisa disebut primadona di kelasku.
Kemudian ku bergegas untuk pulang sekolah.
Teman-temanku satu sekolah mulai keluar dari gerbang sekolah, tak terkecuali aku. Sambil berjalan aku masih memikirkan pelajaran apa saja yang aku pelajari di sana. “Wan, mau pulang bareng gak?” tanya Anton kepadaku sambil menaiki motornya. “Boleh!” ujarku semangat kepadanya. Aku kemudian menaiki motor Anton untuk ia gonceng. Motor pun jalan perlahan.
Di jalan kecil, masih di dekat sekolah. Ia terlihat seperti biasanya, menunggu seseorang yakni pacarnya untuk pulang bersama menaiki angkot, meski kalau di sekolah ia selalu terlihat bersama. Ia adalah wanita teman sekolahku yang kulihat tadi sebelum ujian matematika, yang cepat membuat konsentrasiku pecah.
“Husnah…….” Ujarku dalam hati.

Tutup Botol

 

Ampas

 

Cintaku Cuma Kamu